7 Tips Menjaga Profesionalisme di Media Sosial

Diperbarui 12 Apr 2022 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Hidup di era serba digital banyak memudahkan orang untuk beraktivitas lewat jaringan internet. Mulai dari pekerjaan rumah anak sekolah hingga urusan kantor, hampir semuanya memanfaatkan internet. Urusan profesionalisme pun sering bersinggungan dengan internet, mengirimkan dokumen confidential melalui surel karena jarak yang terlalu jauh antara dua pihak, misalnya, bukan lagi hal baru di dunia pekerjaan. Termasuk juga penggunaan media sosial yang semakin tinggi, karena keinginan tiap orang untuk selalu mendapat info terbaru dan kalau bisa yang tercepat.

    Belakangan, penggunaan media sosial dibicarakan sedang menjadi perhatian rekruter dan HRD perusahaan. Kaitannya tentu dengan profesionalisme para karyawan yang bisa dilihat lewat media sosial. Supaya kamu tidak mendapat masalah karena konten media sosialmu, saya mau membahas beberapa tips agar media sosial tidak sampai merusak profesionalisme kamu di lingkungan kerja.

    1. Jaga privasi di akun publik

    profesionalisme

    © I-scoop.eu

    Menjaga privasi di akun media sosial yang sifatnya adalah milik publik? Terdengar aneh memang, karena ketika kamu berani membuat akun di situs yang bisa diakses semua orang, seharusnya kamu sudah tahu bahwa setiap unggaahan kamu bisa dilihat oleh pemilik akun lain di platform yang sama. Lalu apa yang bisa kamu perbuat supaya profesionalisme tidak terganggu dengan keberadaan akun Facebook atau Instagram kamu? Jika kamu jeli sejak awal menggunakan akun tersebut, seharusnya kamu tahu ada pilihan untuk membuat akun kamu tidak bisa dilihat oleh orang yang belum berteman dengan kamu di media sosial tersebut.

    Contoh sederhananya, supaya profesionalisme saat kamu sedang dalam proses masuk ke kantor baru tidak terpengaruh imej kamu di media sosial, kamu bisa menggembok dulu akun pribadi untuk sementara. Atau ada juga opsi untuk mengamankan orang-orang yang bisa melihat unggahan kamu di Facebook atau komentar yang kamu kirim.

    Baca Juga: Bangun Personal Branding di Media Sosial dengan 7 Cara ini!

    2. Punya 2 akun, tidak masalah

    profesionalisme

    © IBM.com

    Tips kedua ini bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhan kerjamu. Misalnya profesi kamu adalah fotografer, kamu bisa pakai akun utama sebagai perangkat kerja yang kontennya juga memperlihatkan profesionalisme kamu sebagai fotografer. Tentu kamu juga harus bijak memilih bahasa yang akan dipakai untuk setiap unggahan foto, agar bisa mereprentasikan profesionalisme kamu di bidang fotografi. Begitu juga kalau kamu entrepreneur muda yang punya bisnis online shop atau usaha yang dijajakkan lewat media sosial.

    Bukan berarti karena pekerjaanmu tidak terikat kontrak perusahaan lalu tidak ada sikap profesionalisme dalam bekerja. Tetap perlihatkan profesionalisme agar urusan kerja tidak campur aduk dengan urusan pribadi. Kalau satu akun tidak cukup, tinggal buat satu lagi sesuai kebutuhanmu.

    Baca Juga: 7 Cara Menjadi Profesional tanpa Kehilangan Personalitasmu

    3. Promosikan diri di akun yang tepat

    profesionalisme

    © Techcrunch.com

    Menunjukkan profesionalisme memang butuh media yang tepat. Kalau kamu ingin mengumpulkan rekam jejak selama berkarier, ada satu media sosial yang bisa mendukung publikasi profesionalisme dan hasil karya kamu, LinkedIn. Saya yakin hampir semua pekerja tahu cara kerja dan manfaat yang bisa didapat jika punya akun LinkedIn. Banyak tips dan kisah seputar pekerjaan yang bisa kamu baca cuma-cuma, selain menambah referensi tentang profesionalisme di bidang yang kamu tekuni, kamu juga jadi bisa mendapat wawasan yang baru dari berbagai belahan dunia.

    4. Hati-hati dengan ejaan!

    menjaga ejaan untuk menjaga profesionalisme di tempat kerja

    © Pexels.com

    Masalah ejaan memang sering disepelekan oleh banyak orang, baik yang sudah lebih senior ataupun generasi muda. Kesalahan ejaan akan berdampak fatal jika terjadi di media sosial yang bisa dilihat oleh siapapun, termasuk rekan kerja atau klien.

    Ejaan ini juga bisa membuat orang dengan leluasa menilai profesionalisme kamu, karena menganggap unggahan ke media sosial apalagi yang terkait dengan perusahaan seharusnya sudah melewati proses pengecekan atau editing oleh tim. Tim marketing yang mengelola berbagai platform media sosial perusahaan tentu akrab dengan masalah ejaan ini. Nama kamu mungkin tidak tercantum langsung di unggahan tersebut. Efeknya akan langsung terasa ke perusahaan karena para pembaca akan menganggap tim yang mengunggah foto atau info tidak menunjukan profesionalisme dalam bekerja.

    5. Hindari unggahan gambar atau foto kontroversial

    profesionalisme

    © Jannoon028 via freepik.com

    Demi profesionalisme yang tetap terjaga, kamu harus bijak juga mengunggah foto ke akun media sosial. Gambar yang terlalu kontras dengan yang biasa kamu unggah akan menjadi perhatian setiap akun yang melihat akunmu. Keberpihakan kamu pada suatu golongan di luar urusan kerja kadang juga bisa berdampak pada profesionalisme di dalam kantor, sekalipun tidak berhubungan langsung. Satu saja teman kantor yang tahu akun kamu atau melihat cuitan yang kamu sebar lewat media sosial akan membuka peluang pihak perusahaan untuk mengulik lebih lanjut unggahan tersebut. Lebih parah kalau kamu terlalu ekstrem dalam mengunggah foto atau cuitan dan kemudian menjadi viral. Profesionalisme dan profesi kamu akan sama-sama terancam nantinya.

    6. Membatasi durasi bermain media sosial

    membatasi durasi di media sosial agar tetap profesional

    © Pexels.com

    Menjaga profesionalisme di media sosial akan lebih mudah kamu lakukan kalau durasi bermain dengan gawai juga ikut dikurangi. Tips yang satu ini sulit dilakukan kalau tidak ada pengendalian diri sendiri, jadi kuncinya ada di diri masing-masing. Saat kamu bisa membatasi diri bermain media sosial, akan semakin sedikit waktu untuk melihat keadaan rumput tetangga, alias kantor teman.

    Suasana kantor, lingkungan kerja, dan kegiatan sehari-hari teman di perusahaan lain bisa jadi lebih nyaman dan seru dibanding yang kamu alami tiap hari. Mengurangi bermain media sosial akan membuat kamu tetap bekerja dengan profesionalisme yang prima, tanpa harus terbayang-bayang nyamannya suasana kantor teman yang baru saja update di Instastory. Ditambah lagi, jam kerja kamu juga akan terpakai dengan maksimal.

    Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Komunikasi Interpersonal yang Profesional

    7. Media sosial bukan untuk mengumpat (setiap saat)

    profesionalisme

    © Katemangostar via freepik.com

    Membicarakan urusan kantor, kekurangan manajemen perusahaan tempat dulu kamu bekerja, atau bergosip tentang staf di kantor lewat media sosial adalah dosa-dosa yang tidak perlu kamu ulangi kedua kali. Saya sendiri juga pernah mengumpat karena pekerjaan kantor, dan biasanya memang cukup banyak teman yang juga mengeluhkan urusan kantornya di media sosial. Tapi, profesionalisme kamu dan saya akan menurun levelnya hanya karena cuitan atau keluhan yang dikeluarkan bukan pada tempatnya.

    Biasanya yang memperparah situasi adalah kalau karyawan mencantumkan juga nama atasan atau perusahaan dalam barisan umpatan yang dibagikan lewat sekali “klik”. Sayang sekali kalau kamu hanya berbagi kesusahan dan kebencian lewat media sosialmu. Bukan hanya imej diri kamu saja yang menjadi rusak, tapi kamu juga tidak menunjukkan sikap profesionalisme sebagai bagian dari perusahaan, baik itu skala besar ataupun kecil.

    Sekarang kamu sudah semakin paham alasan media sosial akan berpengaruh juga pada profesionalisme kerja. Tips ini bisa kamu sesuaikan juga dengan profesi dan lapangan pekerjaan yang kamu tekuni, agar bisa lebih tepat penerapannya. Semoga dengan tips kali ini, tingkat profesionalisme kamu sebagai pekerja tetap terjaga tanpa mengurangi kesempatan untuk bergaul sebagai warga dunia maya lewat akun media sosial yang kamu punya.

    Kamu sudah tahu juga, bukan, kalau Glints juga salah satu platform yang bisa kamu manfaatkan untuk merangkum profil profesionalisme kamu sepanjang berkarier? Bahkan, kamu bisa menemukan pekerjaan idaman juga lewat Glints. Yuk, sign up dan bergabung dengan komunitas Glints!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 2

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Artikel Terkait