Impostor syndrome: Inikah yang membuatmu sealu merasa tidak puas?

Diperbarui 16 Jan 2023 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    “The whole problem with the world is that fools and fanatics are always so certain of themselves, and wiser people so full of doubts.”

    – Bertrand Russell, filsuf

    Tidak sedikit orang-orang paling sukses dalam sejarah yang takut bahwa sebenarnya mereka tidak kompeten dalam pekerjaan mereka. Mereka diam-diam merasa seperti penipu karena menganggap pencapaian mereka selama ini hanya keberuntungan, bukan karena mereka pantas. Terlepas dari kemampuan yang sebenarnya mereka miliki, impostor syndrome seperti ini membuat penderitanya tidak percaya pada diri sendiri. Sebuah penelitian menyatakan bahwa setidaknya 70% orang-orang yang sukses pernah mengalami impostor syndrome, termasuk Albert Einstein, Maya Angelou, John Steinback, dan Meryl Streep.

    Impostor syndrome adalah sebuah fenomena psikologis ketika seseorang yakin bahwa ia tidak kompeten dan tidak akan pernah bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, mereka yang menderita impostor syndrome merasa tidak pantas mendapatkan pujian, bahkan penghargaan, atas kerja mereka selama ini. Mereka juga selalu merasa khawatir bahwa cepat atau lambat “rahasia” bahwa mereka tidak bisa apa-apa akan terbongkar. Parahnya, ketika penderita impostor syndrome semakin sukses, mereka akan semakin percaya bahwa mereka telah menipu semua orang.

    impostor syndrome

    ©️ valbonne-consulting.com

    Apakah kamu termasuk salah satu yang sering merasa seperti ini?

    Valerie Young, seorang psikolog yang sudah lebih dari 10 tahun mendalami topik ini, mengkategorikan penderita impostor syndrome dalam 5 tipe individu.

    The Perfectionist

    Ini adalah tipe impostor syndrome yang paling umum. Tidak mengherankan memang. Orang-orang yang perfectionist biasanya membuat goal yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri. Tetapi ketika gagal mencapai goal tersebut, kepercayaan diri mereka turun drastis dan sulit untuk naik lagi. Tipe ini sangat jarang puas dengan kesuksesan mereka karena mereka percaya bisa melakukan yang lebih baik lagi. Padahal, terus-menerus punya pemikiran seperti ini sama sekali tidak sehat, loh.

    impostor syndrome

    ©️ rebloggy.com

    Mengakui dan merayakan pencapaian yang berhasil kamu dapatkan juga sangat penting. Dengan begitu, kamu bisa merasa lebih tenang dan menemukan kepercayaan diri. Bagaimanapun, tidak akan ada pekerjaan yang 100% sempurna—semakin cepat kamu bisa menerimanya, semakin cepat pula kamu merasa lebih baik.

    The Superwoman/man

    Karena penderita impostor syndrome percaya bahwa mereka adalah penipu di antara orang-orang kompeten di sekitar mereka, seringkali mereka terlalu mendorong diri sendiri untuk bekerja jauh lebih keras. Workaholic impostor terobsesi dengan pengakuan yang mereka dapatkan karena bekerja terus-menerus, bukan proses atau hasil bekerjanya. Tetapi tetap saja, kerja keras tidak bisa menghilangkan insecurity tipe ini. Jika dibiarkan, beban kerja mereka bukan hanya membahayakan kesehatan mereka sendiri tetapi juga hubungan dengan orang-orang di sekitar.

    impostor syndrome

    ©️ misa.com.vn

    Kalau kamu merasa masuk dalam tipe ini, kamu perlu ingat bahwa tidak ada orang lain yang bisa membuatmu merasa lebih baik selain diri sendiri. Kamu bisa mulai untuk sedikit-sedikit meninggalkan kebutuhan akan external validation. Jika lebih berfokus pada internal validation, rasa percaya diri bahwa kamu seseorang yang kompeten akan muncul dan caramu bekerja pun akan lebih masuk akal.

    The Natural Genius

    Penderita impostor syndrome tipe ini biasanya menganggap kemampuan berbanding terbalik dengan usaha. Mereka berasumsi bahwa jika mereka harus bekerja keras untuk sesuatu, pasti mereka payah dalam hal itu. Seperti tipe PerfectionistNatural Genius membuat goal yang luar biasa tinggi untuk diri sendiri. Bedanya, mereka tidak menilai diri sendiri berdasarkan ekspektasi yang tidak masuk akal, melainkan berhasil atau tidaknya mereka melakukan sesuatu untuk pertama kali. Jika mereka tidak bisa melakukannya dengan cepat atau sangat baik, mereka langsung merasa tidak percaya diri.

    impostor syndrome

    ©️ yourtango.com

    Coba deh, mulai melihat proses dan kemajuan kerjamu. Daripada memaksakan diri mencapai standar yang tidak masuk akal, ubah kebiasaanmu agar menjadi lebih baik. Misalnya, kalau kamu ingin berbuat lebih di kantor, lebih baik kamu berfokus untuk meningkatkan skill tertentu daripada mencoba melakukan semua hal, lalu menganggap diri sendiri tidak berguna ketika kamu tidak berhasil.

    Baca Juga: JOMO: Apa Itu, Perbedaannya dengan FOMO, dan Tips Menjalankannya

    The Rugged Individualist

    Rugged individualist menganggap bahwa meminta bantuan orang lain akan menunjukkan ketidakmampuan mereka. Penderita impostor syndrome tipe ini merasa mereka harus mencapai semua goal mereka tanpa bantuan orang lain. Akibatnya, pikiran mereka akan terbebani karena tenaga yang diforsir habis-habisan.

    impostor syndrome lied

    ©️ theodysseyonline.com

    Tidak ada salahnya kok, menjadi mandiri. Tetapi, kamu juga perlu ingat bahwa tidak semua hal bisa kamu lakukan sendiri. Jangan tolak bantuan orang lain hanya untuk membuktikan self-worth kamu.

    The Expert

    Penderita impostor syndrome menganggap bahwa mereka tidak pantas mendapatkan pengakuan atau prestasi apa pun, apalagi dalam hal pekerjaan. Tipe Expert seringkali merasa kalau mereka “menjebak” employer yang sudah merekrut mereka. Diam-diam, mereka selalu takut employer akan tahu bahwa mereka tidak punya pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang cukup. Mereka juga terus-menerus merasa tidak cukup bisa melakukan pekerjaan mereka. Ketika sedang mencari pekerjaan pun, mereka cenderung tidak percaya diri melamar kerja kecuali sudah mencapai expertise level tertentu untuk skill yang dibutuhkan.

    impostor syndrome

    ©️ giphy.com

    Memang selalu ada banyak hal yang perlu dipelajari untuk bisa bersaing di job market. Namun, kadang-kadang kamu juga perlu ingat bahwa untuk pekerjaan yang sekarang, skill-mu sudah cukup bisa diterima—makanya kamu bisa direkrut. Jangan membebani diri dengan rasa bersalah yang sebenarnya tidak perlu. Kalau ingin mengikuti pelatihan intensif untuk meningkatkan skill, cari waktu yang tepat agar tidak kewalahan. Selain itu, sharing dengan teman kerja atau volunteering juga bisa menjadi alternatif untuk membuat inner expert-mu lebih puas. Perasaan bahwa kamu seorang penipu juga perlahan-lahan bisa hilang.

    Singkatnya, impostor syndrome lebih berbahaya untuk diri sendiri dibandingkan orang lain. Beberapa pakar psikologi sebenarnya berkesimpulan bahwa impostor syndrome adalah tanda orang tersebut akan melakukan hal-hal yang hebat. Akan tetapi, impostor syndrome yang dibiarkan sampai terlalu intens bisa berujung pada anxiety akut dan depresi. Apa gunanya kesuksesanmu diakui dan dianggap penting oleh seluruh dunia kalau kamu sendiri tidak menyadarinya?

    ©️ businessesgrow.com

    Perlahan-lahan, bangun kepercayaan dirimu dan lihat kembali yang sudah kamu lakukan selama ini. Yuk, mulai berbaik hati pada diri sendiri dan akui bahwa kamu mampu dan punya kesempatan untuk memberikan pengaruh positif pada dunia.

    Glints adalah platform bagi mahasiswa dan para profesional muda untuk mengembangkan karier mereka. Sign up sekarang agar tidak ketinggalan informasi seputar karier lainnya!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 4.3 / 5. Jumlah vote: 9

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Artikel Terkait